Film Pendek
“gelembung- gelembung doa”
Skenario oleh : Philipus Maliobowo
Sinopsis
ELANG seorang pengemis kere yang Buta.
Satu- satunya keinginan terbesarnya sebelum mati adalah bisa melihat
indahnya dunia.
Ia
rela melakukan apapun, meskipun itu hal yang sangat tidak mungkin sekalipun,
yaitu menabung dari hasilnya mengemis, untuk mengobati matanya.
WENING sahabat sehidup semati Elang sempat
menanyakan biaya operasi disebuah rumah sakit mata. Butuh biaya paling sedikit
50 juta. Jika dihitung secara matematis,
jika satu hari Elang bisa menabung 5000 saja dari hasilnya mengemis, maka ia
membutuhkan waktu 10.000 hari untuk mengupulkan uang 50 juta.
Jika
1 tahun sama dengan 360 hari, Maka butuh waktu 27,7 tahun untuk mengumpulkan
uang sebanyak 50 Juta.
Hmm..
waktu yang sangat panjang..
Wening
sudah bosan menasehati Elang untuk tidak terlalu banyak berharap. Bukankah kita
harus mensyukuri apapun yang kita miliki. Meskipun kita cuma kere yang
terlunta- lunta.
Meski
mata Elang buta, tapi hati nya tidak buta.
Elang
sering membantu orang lain. Ia rela menyisihkan uang tabungannya untuk
keperluan orang lain yang lebih mendesak, meskipun konsekwensinya jangka waktu
dirinya menabung maki lama, tapi ia ikhlas menjalani semuanya.
Beberapa
hari ini Wening sering menceritakan tentang indahnya Jogja dimalam hari jika
dilihat dari atas Taman sari dekat tempatnya sering mengemis. Bintang- bintang
yang bertaburan juga lampu- lampu merkuri yang menghiasi jalan- jalan kota
Jogja.
Hal
ini yang membuat Elang kemudian semakin semangat, ia ingin sekali melihat apa
yang diceritakan Wening padanya.
Sekarang
Elang lebih menghemat uangnya lagi, seminggu ini ia bahkan hanya makan satu
kali sehari, dengan harapan bisa menyisahakan uang lebih banyak untuk menabung.
Makin
lama badan Elang makin lemas, karena tak terisi makanan.
Elang
siap menjemput ajal, Elang meregang nyawa, lewat gelembung- gelembung doa
orang- orang yang pernah ditolongnya, Tuhan menjawab keinginannya.
Elang
bisa melihat indahnya Jogja dimalam hari. Ia kemudian mati dengan tersenyum
bahagia.
FADE IN
01.
EXT.PLENGKUNG
GADING – SIANG
Lampu hijau traficlight Plengkung Gading berganti
menjadi warna merah. Kendaraan kemudian berhenti.
Terlihat orang- orang yang menunggu
dikendaraan masing- masing, baik roda empat, dua juga tiga. Sesekali mereka
melihat kearah traficlight, menunggu kalau- kalau lampu telah hijau.
Lampu berganti hijau kendaraan mulai
bergerak.
Lampu kembali merah lagi. Kendaraan berhenti.
Kemudian lampu berganti terus- menerus hingga
hari berlalu berganti malam
02.
EXT.PLENGKUNG
GADING – MALAM
Traficlight tetap ditempatnya semula,
perlahan- lahan pandangan melebar, terlihat hari sudah malam.
Diatas Plengkung Gading terlihat Elang dan Wening
sedang memandangi sekitar.
Terlihat pemandangan yang eksotis dari tempat
mereka berdiri, lampu- lampu merkuri, bintang yang gemerlapan, alun- alun
diwaktu malam juga keindahan eksotis lainnya.
Senyum Elang mengembang. Ia nikmati betul apa
yang dilihatnya, ia hirup udara malam yang segar. Sesekali rambutnya tergerai
angin
ELANG :
Sekarang aku bisa merasakan keindahan yang
sering kau ucapakan. Ya aku melihatnya…
Wening diam seribu bahasa, seolah ia tak
merasakan kehadiran Elang disana.
Elang Bergegas turun.
ELANG
:
Besok pagi aku mesti dapat uang lebih banyak.
Elang bergegas turun, ia berjalan menuruni
tangga. Sampai dibawah, ia hentikan langkahnya, lalu lemparkan senyum sebentar pada
Wening, kini terlihat Wening yang masih berdiri diatas Plengkung Gading.
Elang meneruskan langkahnya melintasi kendaraan-
kendaraan yang lalu lalang. kemudian pandangan berganti mengikuti sebuah kendaraan
yang baru saja berpapasan dengan Elang. Pandangan lebar kembali, kini terlihat Wening
sudah membalikkan badannya duduk diatas Plengkung Gading.
Terlihat ia menangis. Perlahan lahan ia duduk
bersimpuh, dari wajahnya terpancar perasaan yang terpendam begitu dalam.
Tangisnya bahkan hampir tak terdengar hanya air mata yang berlinang menetes di
sela-sela pipi yang dekil.
Didekat kakinya Nampak sebuah kaki, hanya
terlihat sepintas saja dan tidak mencuri focus.
DISSOLVE TO
03.
EXT.PLENGKUNG
GADING – SIANG
Posisi duduk Wening masih sama dengan scene sebelumnya.
Hanya kakinya disebelahnya saja yang tak nampak.
Wajahnya kini tersenyum sinis, badannya
bersender santai pada dinding tembok Plengkung gading.
WENING :
Sampai kapan kamu
mau nyelengi
seket yuta itu
banyak lho
Sambil memasukkan uang recehan ke dalam toples
Elang berucap ringan tanpa beban, seperti ia sudah sering sekali mengucapkan
kata- kata itu.
ELANG :
kemarin sudah kamu hitung sendiri to, skeet
Yuta diporo limang ngewu.. 10 ewu dina
ELANG dan WENING :
Kalau 1 tahun ada 360 hari, 10000 hari dibagi
360 hari. Jadi 27,7 tahun…
Elang memasukkan recehan terakhir kedalam
toples yang sudah seperempat penuhnya.
ELANG :
27,7 tahun lagi.
Pokoke, aku wes
mantep..
Wening menggeleng- gelengkan kepalanya.
Kemudian tertawa sendiri, menertawai sikap Elang.
Perlahan- lahan Wening berdiri, dibelakang
badannya terlihat keramaian Plengkung gading, dengan kendaraan yang lalu –lalang.
Terlihat Elang sudah ada disana, mengemis.
Kini pandangan berpindah pada Elang yang
sedang mengemis.
Tak lama kemudian Wening muncul mendekati
dirinya. Menemaninya mengemis.
(atau Wening menunduk, pandangan fokus pada Elang
yang sedang mengemis, tak lama muncul Wening kembali, kamera mengikuti
pergerakan Wening yang berlari menuju Elang.
DISSOLVE TO
04.
EXT.PLENGKUNG
GADING – TROTOAR PENJUAL BAJU BEKLAS – SIANG
Para penjual barang- barang bekas nampak ramai
dengan pengunjungnya. Disalah satu sudut terlihat Elang memberikan sebotol uang
recehannya yang belum penuh pada seorang penjual baju bekas yang sudah renta.
Ibu penjual baju bekas tersenyum haru.
Wening menuntun Tubi meninggal kan ibu penjual.
WENING :
Matamu
piye..
ELANG :
Saiki, Mbokde Wiji
luwih mbutuhke tinimbang aku..
WENING :
Njur matamu..??
Operasi..??
Lang… Elang…
Wening mengejar Elang yang berjalan
meninggalkan dirinya yang masih terbengong.
CUT
TO
05.
MONTAGE
Pada scene ini menceritakan transisi Elang dengan
aktivitas kesehariannya, mengemis, menabung, dan seseklai memberikan uang
tabungannya kepada orang yang lebih membutuhkan.
Kemudian menabung, mengemis dan kembali
kerutinitas nya sehari- hari. Stok shot dirangkai dengan cutting yang dinamis (Montage)sesuai alur yang dramatis.
STOK
SHOT :
-
Elang mengemis
( minim 10 stok - variatif)
-
Elang dan
Wening mengemis ( minim 10 stok - variatif)
-
Elang
memberika uang pada orang lain( minim 10 stok variatif )
-
Elang
sedang nyelengi, juga celengannya (minim 10 stok
variatif)
-
Kaki-
kaki yang menyeberang Zebra Crozz ( minim 10 stok
variatif)
Jika dimungkinkan gambar terakhir
memperlihatkan Elang, saat ia memasukkan uang lagi alias nyelengi.
CUT
TO
06.
EXT.PLENGKUNG
GADING ATAS – SIANG
Terlihat Elang memasukkan uangnya pada toples.
Wajahnya nampak
Pucat.
WENING :
Wes rong dino iki kowe nyelengi luwih akeh
ketimbang biasane.
Kamu pasti cuma
makan sekali ya…
ELANG :
Aku pengen cepat- cepat iso ndelok lampu-
lampu merkuri, pemandangan jogja wayah wengi sing koyo mbok ceritake kae lho..
WENING
:
Elang, usaha kui oleh wae, nangin awake dhewe
yo kudhu bersyukur. Terima wae nasib awake dhewe, awkake dhewe iki gur kere sing
urip seko ngemis.
ELang terbatuk kini wajahnya yang kuyu dan
pucat makin jelas terlihat.
ELANG :
Tapi kamu tidak
buta kan..
Elang menggigil kedinginan, badannya meringkuk
CUT
TO
07.
MONTAGE
Pada scene ini menjelaskan tentang Elang yang
bekerja makin keras dan makan hanya sekali supaya uang yang ditabungnya lebih
banyak.
Stok shot dirangkai dengan cutting yang
dinamis.
STOK
SHOT
-
Pagi
hari Wening makan.
-
Elang hanya
duduk didekatnya, sambil meneguk air putih
-
Wening
dan Elang Ngemis, Elang sudah terlihat lemas (minim 10 stok, variatif)
diperlihatkan makin lama Elang makin sempoyongan
-
Siang
hari Wening makan
-
Elang
tak makan, Wening menawari makan. Elang tak mau..
WENING :
Kamu
tidak bisa terus- terusan begini, kamu mesti makan
Elang menggeleng.
WENING :
Yen kowe terus- terusan koyo ngene, iso loro. Bisa- bisa kowe ra biso wujudke kekarepanmu.
Trus piye le mu nyelengi..
Elang cuek bebek, Wening gemas dengan sikap
ELang, ia segera mengambil uang. Dan beranjak untuk pergi, baru beberapa
langkah, Elang memanggilnya.
ELANG :
Stop..
!! stop..!!
Opo
to untunge kowe ngurusi urusane wong liyo..
WENING
:
Koe
kudhu mangan Lang..
Koe iso.. iso..
ELANG :
Iso opo ?
Aku durung ngeleh,..
WENING
:
Pokoke
kowe kudu mangan..
Aku ra pengen koe..aku ra pengen ono opo- oo
karo koe
Elang :
oo..
aku ngerti saiki, koe sengojo to..
ra
pengen aku iso ndelok meneh..
koe
mesti iri karo aku..
yen
aku iso ndelok..
Belum selesai Elang berbicara, ia sempoyongan
dan Jatuh.
Wening berlari menghampiri.
CUT
TO
08.
EXT.PLENGKUNG
GADING – SIANG
Mereka ngemis lagi.
terlihat tapi tidak mencuri focus, anak kecil
yang sedang meniup busa sabun diatas motor
ELang menjaga jarak dengan Wening..
Wening hanya bisa mengamati dari kejauhan.
Tiba- tiba Tubuh Elang nkin sempoyongan.
Kemudian ia terhuyung- huyung jatuh..
Lampu hijau berganti dari merah
Wening berteriak.. histeris..
DISOLLVE TO
09.
EXT.PLENGKUNG
GADING ATAS – SIANG
Elang tergeletak di jalan
Music syahdu, kematian
Vo : Tuhan aku ingin sekali melihat.
Terlihat busa- busa sabun mendekati Elang,
kemudian meletus satu persatu dan mengeluarkan doa- doa orang yang pernah
ditolong Elang..
suara makin lama makin banyak dan makin
krodit.
DISSOLVE
TO
10.
EXT.PLENGKUNG
GADING ATAS – SIANG
Kembali ke scene yang awal scen 02.
Saat Wening menangis pandangan kemudian bergerak
kekaki. Melebar, kini terlihat kalau kaki itu kaki Elang yang terbujur kaku
didekat Wening.
Kemudian gambar ditutup dengan kamera yang
padat kembali pada wajah Elang dan habis.
FADE OUT
Yogyakarta menjelang 2010