Cari Blog Ini

Rabu, 20 Februari 2019

Gelembung- Gelembung Doa- Skenario Film Pendek karya Philipus Maliobowo



Film Pendek
                
“gelembung- gelembung doa”
Skenario oleh  : Philipus Maliobowo

Sinopsis

ELANG seorang pengemis kere  yang Buta.  Satu- satunya keinginan terbesarnya sebelum mati adalah bisa melihat indahnya dunia.
Ia rela melakukan apapun, meskipun itu hal yang sangat tidak mungkin sekalipun, yaitu menabung dari hasilnya mengemis, untuk mengobati matanya.

WENING sahabat sehidup semati Elang sempat menanyakan biaya operasi disebuah rumah sakit mata. Butuh biaya paling sedikit 50 juta.  Jika dihitung secara matematis, jika satu hari Elang bisa menabung 5000 saja dari hasilnya mengemis, maka ia membutuhkan waktu 10.000 hari untuk mengupulkan uang 50 juta.
Jika 1 tahun sama dengan 360 hari, Maka butuh waktu 27,7 tahun untuk mengumpulkan uang sebanyak 50 Juta.
Hmm.. waktu yang sangat panjang..

Wening sudah bosan menasehati Elang untuk tidak terlalu banyak berharap. Bukankah kita harus mensyukuri apapun yang kita miliki. Meskipun kita cuma kere yang terlunta- lunta.
Meski mata Elang buta, tapi hati nya tidak buta.
Elang sering membantu orang lain. Ia rela menyisihkan uang tabungannya untuk keperluan orang lain yang lebih mendesak, meskipun konsekwensinya jangka waktu dirinya menabung maki lama, tapi ia ikhlas menjalani semuanya.

Beberapa hari ini Wening sering menceritakan tentang indahnya Jogja dimalam hari jika dilihat dari atas Taman sari dekat tempatnya sering mengemis. Bintang- bintang yang bertaburan juga lampu- lampu merkuri yang menghiasi jalan- jalan kota Jogja.
Hal ini yang membuat Elang kemudian semakin semangat, ia ingin sekali melihat apa yang diceritakan Wening padanya.
Sekarang Elang lebih menghemat uangnya lagi, seminggu ini ia bahkan hanya makan satu kali sehari, dengan harapan bisa menyisahakan uang lebih banyak untuk menabung.

Makin lama badan Elang makin lemas, karena tak terisi makanan.
Elang siap menjemput ajal, Elang meregang nyawa, lewat gelembung- gelembung doa orang- orang yang pernah ditolongnya, Tuhan menjawab keinginannya.
Elang bisa melihat indahnya Jogja dimalam hari. Ia kemudian mati dengan tersenyum bahagia.


FADE IN

01.         EXT.PLENGKUNG GADING SIANG

Lampu hijau traficlight Plengkung Gading berganti menjadi warna merah. Kendaraan kemudian berhenti.
Terlihat orang- orang yang menunggu dikendaraan masing- masing, baik roda empat, dua juga tiga. Sesekali mereka melihat kearah traficlight, menunggu kalau- kalau lampu telah hijau.

Lampu berganti hijau kendaraan mulai bergerak.
Lampu kembali merah lagi. Kendaraan berhenti.
Kemudian lampu berganti terus- menerus hingga hari berlalu berganti malam

02.         EXT.PLENGKUNG GADING MALAM

Traficlight tetap ditempatnya semula, perlahan- lahan pandangan melebar, terlihat hari sudah malam.
Diatas Plengkung Gading terlihat Elang dan Wening sedang memandangi sekitar.
Terlihat pemandangan yang eksotis dari tempat mereka berdiri, lampu- lampu merkuri, bintang yang gemerlapan, alun- alun diwaktu malam juga keindahan eksotis lainnya.
Senyum Elang mengembang. Ia nikmati betul apa yang dilihatnya, ia hirup udara malam yang segar. Sesekali rambutnya tergerai angin

ELANG :
Sekarang aku bisa merasakan keindahan yang sering kau ucapakan. Ya aku melihatnya…

Wening diam seribu bahasa, seolah ia tak merasakan kehadiran Elang disana.
Elang Bergegas turun.

ELANG :
Besok pagi aku mesti dapat uang lebih banyak.

Elang bergegas turun, ia berjalan menuruni tangga. Sampai dibawah, ia hentikan langkahnya, lalu lemparkan senyum sebentar pada Wening, kini terlihat Wening yang masih berdiri diatas Plengkung Gading.
Elang meneruskan langkahnya melintasi kendaraan- kendaraan yang lalu lalang. kemudian pandangan berganti mengikuti sebuah kendaraan yang baru saja berpapasan dengan Elang. Pandangan lebar kembali, kini terlihat Wening sudah membalikkan badannya duduk diatas Plengkung Gading.
Terlihat ia menangis. Perlahan lahan ia duduk bersimpuh, dari wajahnya terpancar perasaan yang terpendam begitu dalam. Tangisnya bahkan hampir tak terdengar hanya air mata yang berlinang menetes di sela-sela pipi yang dekil.
Didekat kakinya Nampak sebuah kaki, hanya terlihat sepintas saja dan tidak mencuri focus.

DISSOLVE TO

03.         EXT.PLENGKUNG GADING SIANG

Posisi duduk Wening masih sama dengan scene sebelumnya. Hanya kakinya disebelahnya saja yang tak nampak.
Wajahnya kini tersenyum sinis, badannya bersender santai pada dinding tembok Plengkung gading.

WENING :
Sampai kapan kamu mau nyelengi
seket yuta itu banyak lho

Sambil memasukkan uang recehan ke dalam toples Elang berucap ringan tanpa beban, seperti ia sudah sering sekali mengucapkan kata- kata itu.

ELANG :
kemarin sudah kamu hitung sendiri to, skeet Yuta diporo limang ngewu.. 10 ewu dina

ELANG dan WENING :
Kalau 1 tahun ada 360 hari, 10000 hari dibagi 360 hari. Jadi 27,7 tahun…

Elang memasukkan recehan terakhir kedalam toples yang sudah seperempat penuhnya.

 ELANG :
27,7 tahun lagi.
Pokoke, aku wes mantep..

Wening menggeleng- gelengkan kepalanya. Kemudian tertawa sendiri, menertawai sikap Elang.

Perlahan- lahan Wening berdiri, dibelakang badannya terlihat keramaian Plengkung gading, dengan kendaraan yang lalu –lalang. Terlihat Elang sudah ada disana, mengemis.
Kini pandangan berpindah pada Elang yang sedang mengemis.
Tak lama kemudian Wening muncul mendekati dirinya. Menemaninya mengemis.

(atau Wening menunduk, pandangan fokus pada Elang yang sedang mengemis, tak lama muncul Wening kembali, kamera mengikuti pergerakan Wening yang berlari menuju Elang.

DISSOLVE TO
 
04.         EXT.PLENGKUNG GADING – TROTOAR PENJUAL BAJU BEKLAS SIANG

Para penjual barang- barang bekas nampak ramai dengan pengunjungnya. Disalah satu sudut terlihat Elang memberikan sebotol uang recehannya yang belum penuh pada seorang penjual baju bekas yang sudah renta.
Ibu penjual baju bekas tersenyum haru.
Wening menuntun Tubi meninggal kan ibu penjual.

WENING :
           Matamu piye..

ELANG :
Saiki, Mbokde Wiji luwih mbutuhke tinimbang aku..

WENING :
Njur matamu..??
Operasi..??
Lang… Elang…

Wening mengejar Elang yang berjalan meninggalkan dirinya yang masih terbengong.

CUT TO

05.         MONTAGE

Pada scene ini menceritakan transisi Elang dengan aktivitas kesehariannya, mengemis, menabung, dan seseklai memberikan uang tabungannya kepada orang yang lebih membutuhkan.
Kemudian menabung, mengemis dan kembali kerutinitas nya sehari- hari. Stok shot dirangkai dengan cutting yang dinamis (Montage)sesuai alur yang dramatis.

STOK SHOT :
-   Elang mengemis ( minim 10 stok - variatif)
-   Elang dan Wening mengemis ( minim 10 stok - variatif)
-   Elang memberika uang pada orang lain( minim 10 stok variatif )
-   Elang sedang nyelengi, juga celengannya (minim 10 stok
  variatif)
-   Kaki- kaki yang menyeberang Zebra Crozz ( minim 10 stok 
  variatif)

Jika dimungkinkan gambar terakhir memperlihatkan Elang, saat ia memasukkan uang lagi alias nyelengi.

CUT TO

06.         EXT.PLENGKUNG GADING ATAS SIANG

Terlihat Elang memasukkan uangnya pada toples.   
Wajahnya nampak Pucat.

WENING :
Wes rong dino iki kowe nyelengi luwih akeh ketimbang biasane.
Kamu pasti cuma makan sekali ya…

ELANG :
Aku pengen cepat- cepat iso ndelok lampu- lampu merkuri, pemandangan jogja wayah wengi sing koyo mbok ceritake kae lho..

                   WENING :
Elang, usaha kui oleh wae, nangin awake dhewe yo kudhu bersyukur. Terima wae nasib awake dhewe, awkake dhewe iki gur kere sing urip seko ngemis.

ELang terbatuk kini wajahnya yang kuyu dan pucat makin jelas terlihat.

                    ELANG :
Tapi kamu tidak buta kan..

Elang menggigil kedinginan, badannya meringkuk

CUT TO

07.         MONTAGE

Pada scene ini menjelaskan tentang Elang yang bekerja makin keras dan makan hanya sekali supaya uang yang ditabungnya lebih banyak.
Stok shot dirangkai dengan cutting yang dinamis.

STOK SHOT
-   Pagi hari Wening makan.
-   Elang hanya duduk didekatnya, sambil meneguk air putih
-   Wening dan Elang Ngemis, Elang sudah terlihat lemas (minim 10 stok, variatif) diperlihatkan makin lama Elang makin sempoyongan
-   Siang hari Wening makan
-   Elang tak makan, Wening menawari makan. Elang tak mau..

                    WENING :
       Kamu tidak bisa terus- terusan begini, kamu mesti makan

Elang menggeleng.

                    WENING :
Yen kowe terus- terusan koyo ngene, iso loro. Bisa- bisa kowe ra biso wujudke kekarepanmu.

Trus piye le mu nyelengi..

Elang cuek bebek, Wening gemas dengan sikap ELang, ia segera mengambil uang. Dan beranjak untuk pergi, baru beberapa langkah, Elang memanggilnya.

                    ELANG :
           Stop.. !! stop..!!
           Opo to untunge kowe ngurusi urusane wong liyo..

          WENING :
           Koe kudhu mangan Lang..
           Koe iso.. iso..

                    ELANG :
Iso opo ?
Aku durung ngeleh,..

          WENING :
           Pokoke kowe kudu mangan..
           Aku ra pengen koe..aku ra pengen ono opo- oo karo koe

                                                 Elang :
           oo.. aku ngerti saiki, koe sengojo to..
           ra pengen aku iso ndelok meneh..
           koe mesti iri karo aku..
           yen aku iso ndelok..

Belum selesai Elang berbicara, ia sempoyongan dan Jatuh.
Wening berlari menghampiri.

CUT TO
 
08.         EXT.PLENGKUNG GADING SIANG

Mereka ngemis lagi.
terlihat tapi tidak mencuri focus, anak kecil yang sedang meniup busa sabun diatas motor
ELang menjaga jarak dengan Wening..
Wening hanya bisa mengamati dari kejauhan.
Tiba- tiba Tubuh Elang nkin sempoyongan.
Kemudian ia terhuyung- huyung jatuh..
Lampu hijau berganti dari merah
Wening berteriak.. histeris..

DISOLLVE TO

09.         EXT.PLENGKUNG GADING ATAS SIANG

Elang tergeletak di jalan
Music syahdu, kematian

               Vo : Tuhan aku ingin sekali melihat.

Terlihat busa- busa sabun mendekati Elang, kemudian meletus satu persatu dan mengeluarkan doa- doa orang yang pernah ditolong Elang..
suara makin lama makin banyak dan makin krodit.

DISSOLVE TO

10.         EXT.PLENGKUNG GADING ATAS SIANG

Kembali ke scene yang awal scen 02.
Saat Wening menangis pandangan kemudian bergerak kekaki. Melebar, kini terlihat kalau kaki itu kaki Elang yang terbujur kaku didekat Wening.
Kemudian gambar ditutup dengan kamera yang padat kembali pada wajah Elang dan habis.
 
FADE OUT

Yogyakarta menjelang 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar